Rabu, 18 Juni 2014

CARA MUDAH DAN PRAKTIS MENGHILANGKAN VIRUS SHORTCUT (*lnk)



CARA MUDAH DAN PRAKTIS MENGHILANGKAN VIRUS SHORTCUT (*lnk)



          Akhir-akhir ini sering terjadi kejadian teman-teman saya, itu mengeluh karena adanya gangguan di flashdisk maupun PC mereka. Yakni tak lain tak bukan adalah gangguan virus shortcut / ramnit.

          Virus shortcut adalah virus yang masih tergolong ringan dan mudah dibasmi. Namun apabila virus ini sudah menjangkit suatu media penyimpanan (memory card / flashdisk / PC), maka akan berdampak pada hilangnya file asli dan digantikan oleh file shortcut (ada tanda panahnya).






Biasanya flashdisk akan terserang virus jika habis dipakai di warnet, di PC lain, dan lain lain. Nah, kebiasaan colok sana-sini itulah yang menyebabkan virus dapat tersalur dengan mudah. Dan biasanya virus bandel ini tidak akan hilang dengan sekali pukulan Smadav, apalagi smadav gratis, hehe.


Disini saya tidak akan membahas bagaimana cara menghilangkan kebiasaan itu. Melainkan bagaimana cara menghilangkan virus shortcut yang cukup menjengkelkan ini tanpa menggunakan anti virus. Berikut langkahnya:

1.    Sebelum menghubungkan flashdisk / memory card pada PC / Laptop, pastikan proses wscript.exe sudah dihentikan. Yaitu dengan cara tekan tombol Alt + Ctrl + Delete bersamaan pada keyboard. Setelah itu, pilih Start Task Manager. Kemudian cari proses wscript.exe lalu klik end process.


2.    Lalu setelah program wscript.exe berhenti. Masukkan USB Flahdisk pada PC. Kemudian kita masuk pada Run. Yaitu dengan cara tekan tombol Windows (tombol yang ada gambar jendelanya) + R pada keyboard secara bersamaan. Setelah itu akan muncul kotak dialog Run. Ketikkan ‘ cmd ’ tanpa tanda petik. Lalu enter.


3.    Lalu akan muncul kotak dialog berwarna hitam. Ketikkan letak drive tempat flashdisk / memory card / yang terkena virus berada. Misalnya, flashdisk kamu terletak pada drive F. Maka ketik ‘ F: ’ tanpa tanda petik. Lalu enter.

4.    Kemudian masukkan rumus formula pembasmian virusnya *doh,bahasanya. Yaitu ‘ Attrib (spasi) –s (spasi) –r (spasi) –h (spasi) /s (spasi) /d ‘ tanpa tanda petik. Seperti pada gambar di bawah ini:


5.    Lalu tekan enter, dan tunggu hingga beberapa saat sampai prosesnya selesai. Saat sudah selesai, buka flashdisk kamu dan semua file asli yang disembunyikan akan muncul kembali. #horeeyyy... \(^_^)/


6.    Sekarang tinggal menghapus file-file shortcut yang masih tersisa. Bisa dihapus manual satu persatu, tapi untuk mempercepat, silakan masuk kembali pada kotak hitam Run (*ampuun), ketik ‘ DEL (spasi) *LNK ‘ tanpa tanda petik dan ditulis dalam huruf kecil, bukan dalam CapsLock #ancurbahasague . dan otomatis file-file shortcut pengganggu itu akan hilang.


7.     Seperti jamur, virus juga harus dicabut sampai ke akar-akarnya agar tidak muncul lagi.  Jangan lupa hapus file ber-iconkan (#peace-_-) aneh alias gambar kayak huruf S. Perlu diketahui, bahwa file itulah yang menjadi akar atau Simboknya virus shortcut.


 

8.    Dan JENG JENGGG... #yeayyyy \(^.^)/
Flashdisk sudah bersih....



SELESAI.

Oya, sekedar tam to the bahan (tambahan) dari saya, setiap akan memasukkan flashdisk di PC / Laptop manapun, hendaknya dipastikan dulu proses ‘ wscript.exe ‘ sudah dihentikan agar ia tidak berjalan dan melahirkan virus shortcut lagi. Adapun caranya seperti pada langkah pertama^^

Sekian tips dari saya, maaf kalau ada banyak salah kata (*emangbanyak) yang mengganjal di artikel ini, ehhehe.. lain kali Viva akan datang lagi dengan tips-tips praktis lainnya. jangan lupa tinggalkan jejak yah. Comment apa gitu kek, pokoknya harus comment yah, dibagikan juga gpp kok. *maksa

Bye Bye.. (#tebaruang)



_TERUS BERKARYA DAN JANGAN MUDAH MENYERAH_

Senin, 16 Juni 2014

[Leeteuk] ONESHOOT || The Bear




Title             : ONESHOT // Your Eyes
Author          : Miss Viva
Facebook       : Vhievachh Djochaamee
Twitter          : @viva_lulux
Genre           : Romance, Sad Romance
Rating          : G, PG 15+
Length          : ONESHOT
Cast:
- Shin Shi Lia (OC) a.k.a Lia
- Park Jung Soo a.k.a Jungsoo
- And Other Cast

Disclaimer:
This fanfiction is original story of my mine. The Cast is Belong to Her/Him self. Don’t bash me. And Please Don't Copy Paste my idea and this FF.. Please be NICE READERS, guys.. :)

WARNING !!
typo? *may be
Feel? *Entahlah

And anywhere you found this FF.. Please give your Like and comment.. :)

Happy Reading !!


*

__oOo__


       Terlihat seorang yeoja kecil tengah duduk di sebuah bangku taman. Taman yang tak cukup luas namun mampu menyajikan pemandangan yang indah dan asri. Tampak pula beberapa anak sedang bermain disana.

       Berbeda dengan teman-temannya yang bermain, yeoja kecil itu lebih memilih menghabiskan waktu disini, duduk di sebuah bangku tepat di bawah pohon maple. Yeoja yang kira-kira berumur 8 tahun itu tengah tertunduk membaca sebuah buku tebal. Kedua kaki kecilnya yang menggantung di udara senantiasa ia gerakkan.

       Telah berulang kali ia mendengar teriakan ajakan bermain dari teman-temannya. Namun yeoja kecil itu menggeleng. Baginya menghabiskan waktu dengan bermain itu hanya membuatnya lelah saja, dan tidak ada manfaatnya. Lebih baik ia menghabiskan waktu dengan membaca buku.


       'BUKK'


       Yeoja kecil itu hampir saja menangis saat tiba-tiba ia merasakan sakit di tangannya. Ia melihat bukunya yang terjatuh di tanah. Ia menurunkan tubuh kecilnya dari bangku untuk mengambil benda itu.

       ”Mianhae, jeongmal mianhae.“ Yeoja kecil itu terhenyak saat tiba-tiba ia mendengar suara namja. Tanpa berniat melihat wajah sang namja, yeoja kecil itu cepat-cepat meraih bukunya lalu berdiri melangkahkan kakinya.

       ”Hei! Wae geurae?“ Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat suara namja itu kembali terdengar. Kini ia tertunduk seraya memeluk buku yang dibawanya. Yeoja kecil itu sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terlalu malu berhadapan dengan seorang namja.Namja itu mengambil bola yang sempat mengenai yeoja itu lalu berjalan mendekatinya. ”Mianhae, ne? Aku tak sengaja.“

Yeoja kecil itu tetap pada posisinya, diam tak bergerak membuat namja kecil yang lebih tua 4 tahun darinya heran.
       ”Wae? Kau tak mau memaafkanku?“ Yeoja itu hanya sedikit bergerak mencoba membenarkan letak buku tebal yang ia bawa. Buku itu sedikit berat baginya.

       Namja kecil itu mengira bahwa yeoja itu memang benar-benar tak mau memaafkannya. Maka ia pun mencari-cari sesuatu di kantong celananya.
       ”Ige.“ Karena penasaran apa yang diulurkan oleh namja itu, akhirnya yeoja kecil itu mendongakkan kepalanya. Sebuah permen lollipop.

Namja itu tersenyum saat melihat sebuah kernyitan di kening yeoja itu. ”Ige untukmu, anggap saja sebagai permintaan maafku. Ambillah.“
       Dengan ragu yeoja kecil itu mengulurkan tangannya lalu menerima permen itu. Melihat tingkah yeoja itu, sang namja tersenyum manis membuat lesung pipinya terlihat. Manis sekali.

       ”Siapa namamu? Aku Jungsoo.“
       ”Aku.. Lia. Shin Shi Lia.“


__oOo__

       Semakin lama hubungan persahabatan Lia dan JungSoo semakin dekat. Mereka lebih memilih untuk bermain bersama dibandingkan bermain dengan teman-teman sebaya lainnya.

       Lia, yang dulunya adalah yeoja kecil pendiam, sering menyendiri dan pemalu sekarang berubah menjadi yeoja kecil periang dan selalu ceria.

       Itu karena keberadaaan JungSoo. Walaupun keduanya masih terlampau kecil, Lia 8 tahun dan JungSoo 12 tahun, mereka telah merasa suatu kenyamanan saat berada di dekat satu sama lain.

Cinta?
       Entah, mereka masih terlalu dini untuk tahu apa itu Cinta. Mereka hanya bersahabat, sahabat dekat.

       ”Kau sendiri saja?“ Ucap JungSoo suatu hari pada Lia yang tengah duduk di bangku taman. Yeoja kecil itu sedikit terkejut akan kedatangan JungSoo yang tiba-tiba.

       ”Neo, wae geurae?“ JungSoo memperhatikan wajah imut yeoja yang lebih muda 4 tahun darinya itu dengan teliti. Tak biasanya Lia merenung. Menyendiri tanpa keberadaan buku-buku tebal yang selalu menemaninya.

       ”Aku.. Aku takut,“
Namja kecil berlesung pipi manis itu mengernyitkan dahinya mendengar jawaban itu. Takut? Apa yang ia takutkan? Ini masih siang dan apa mungkin ada hantu di siang hari? Pikirnya.

       ”Apa yang kau takutkan, Lia? Ini masih siang, tidak mungkin ada hantu. Tapi kalaupun ada hantu, akan ku-“

       ”Bukan, bukan hantu JungSoo-ya. Aku tidak takut hantu.“ JungSoo menyerah. Ia merasa terlalu pusing untuk memahami pikiran yeoja.

       ”Lalu apa?“

       ”Aku..“ Lia merasa ragu mengatakan apa yang sebenarnya ia takuti kepada JungSoo. Ia takut namja itu akan memarahinya.

       ”Apa? Katakan saja Lia-ya.“

       ”Aku.. Aku tak mau mengatakannya.“ JungSoo menatap tidak terima pada Lia yang sekarang berlari meninggalkannya. Merasa penasaran, JungSoo mengejar yeoja kecil itu.

       “Hei, yeoja! Jangan lari kau! Haha“ Lia terhenyak saat mendengar teriakan JungSoo yang berlari mengikutinya. Karena JungSoo yang semakin dekat, Lia pun mengangkat kedua kakinya berlari menghindari namja kecil itu. Jadilah mereka kini berkejar-kejaran.

__oOo__


       Cukup lama mereka berkejar-kejaran seperti itu, Lia masih bisa lolos walaupun sudah berulang kali JungSoo hampir menangkapnya.
       Tawa renyah keduanya pun terdengar menghiasi sore hari nan cerah di taman itu. Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka saat ini.
       Semoga selalu seperti ini, harap Lia. Di tengah gerakan larinya, muncul rasa sedih di hati yeoja itu saat tiba-tiba perasaan takut itu datang. Entah mengapa ia selalu saja sedih saat rasa takut itu muncul.

Tanpa ia sadari, gerakan kakinya semakin melemah. JungSoo tertawa tertahan saat ia sudah berada dekat dengan Lia.
       ”Kutangkap Kau! Haha.“
Saat JungSoo mencoba menangkap tangan Lia, Lia mengelak. Sehingga JungSoo yang saat itu posisinya condong ke depan menjadi kehilangan keseimbangan. Hingga akhirnya-


'BRUKK'


       Mereka terjatuh dengan posisi JungSoo berada di bawah tubuh kecil Lia. Sakit memang, namun rasa sakit mereka tiba-tiba hilang saat tatapan keduanya bertemu.
       Masih kecil memang, namun entah apakah perasaan yang tiba-tiba muncul itu adalah cinta? Perasaan nyaman berada dekat satu sama lain, dan perasaan takut kehilangan.

       ”Kau berat, JungSoo-ya..“ JungSoo buru-buru mengangkat badannya saat melihat mimik kesakitan wajah yeoja di bawahnya.
       ”Aih- Mianhae.“

Lia mendudukkan tubuhnya di hamparan rumput hijau taman. Istirahat sejenak mungkin bisa menghilangkan rasa lelahnya.
       ”Lia, aku punya hadiah untukmu.“
       ”Mwo? Rasanya ulang tahunku masih lama.“
       ”Issh.. Mau tidak?“ JungSoo tersenyum melihat anggukan kecil yeoja itu.
       ”Pejamkan matamu.“ Lia memejamkan  matanya.
       ”Jangan buka mata sebelum aku perintah ne.“
       Tak lama kemudian yeoja kecil itu merasakan ada tangan yang mengangkat rambutnya ke atas. Lalu ia merasakan sesuatu melingkari lehernya.

       ”Buka matamu.“
       ”kalung? Wah.. Bagus sekali, gomawo JungSoo..“ JungSoo tersenyum menanggapi.
       ”Hajiman.. Beruang?“
       ”Kenapa? Jelek?“ JungSoo sedikit menekuk mukanya. Terlihat sedikit guratan menyesal di wajahnya.
       ”Aniyo. Hanya saja.. Unik. Hehe“ Lia memperhatikan kembali liontin berbentuk beruang itu.
       ”Baguslah, kelak aku akan lebih mudah menemukanmu.“
       ”maksudmu? Kau akan pergi? Tapi kenapa? Bukankah kau akan tetap disini? Kita tak akan berpisah kan?“ Lia menghujani pertanyaan kepada namja kecil itu. JungSoo menolehkan kepalanya menghadap wajah Lia sehingga tatapan keduanya kembali bertemu.

       ”Kau tahu? kita tak mungkin bisa selalu bersama seperti ini, Lia-ya.. Kelak nanti dewasa, kita akan mempunyai urusan masing-masing. Dan pasti suatu saat kita akan berpisah.“ JungSoo yang lebih dewasa daripada Lia mencoba menjelaskan.

Lia terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan namja kecil itu.”Jadi.. Maksudmu, kau akan pergi?“

       ”Molla, aku juga tidak tahu. Mungkin suatu saat.“

__oOo__


Beberapa hari kemudian-

       Tampak seorang yeoja kecil tengah melangkahkan kakinya lebar-lebar. Sesekali terlihat lompatan-lompatan kecil darinya diiringi senandung lirih dari mulut kecilnya.

       Ia kini sangat senang bahkan bahagia. Karena ia akan bertemu JungSoo. Memang, hampir setiap hari dirinya bertemu dengan JungSoo. Namun entah mengapa setiap ia mendengar nama namja itu ia selalu bersemangat.

       Lia menarik kedua sudut bibirnya kala tujuannya sudah terlihat. Rumah JungSoo. Ia langkahkan kakinya mendekati pintu.

       ”Jangan membantah, JungSoo! Kau ini sudah besar!“
       ”Kenapa harus kesana, Appa?! Apa tak ada tempat lain? Seoul mempunyai banyak sekolah menengah yang unggulan.“
       ”Diam! Tak ada lagi penolakan! Ini sudah menjadi keputusan Eomma dan Appa.“
       ”Tapi, App-“

       ”Cukup! Besok, Appa akan mengantarmu ke bandara untuk penerbangan ke Australia. Tak ada lagi penolakan!“


DEGG.
Lia telah mendengar semuanya. Ia melangkahkan kakinya mundur tak percaya akan apa yang ia dengar.
       JungSoo? Ia akan pergi? Pergi jauh meninggalkan dirinya? Lia menutup mulutnya dengan tangannya sendiri mencoba menahan suara isakannya agar JungSoo tak mendengarnya.

       Akhirnya tangis yeoja kecil itu pun pecah, ia lalu berlari meninggalkan rumah JungSoo seraya menangis.

__oOo__


       JungSoo kini sedang berjalan menuju taman. Terlihat tangannya membawa sebuah buku tebal. Sesampainya di taman, lekas-lekas ia edarkan pandangannya. Mencari sesosok yeoja kecil yang akhir-akhir ini dekat dengan dirinya.
       Walaupun telah lama mencari, JungSoo tak kunjung menemukan sosok Lia. Guratan cemas mulai menghiasi wajah namja kecil yang mulai beranjak remaja itu.

Hatinya mencelos kala ia melihat seorang yeoja kecil sedang duduk di ayunan. JungSoo tersenyum lalu menghampiri yeoja kecil yang diyakininya adalah Lia.
       ”Ah.. Kau disini rupanya.“ Sapanya lega saat memastikan bahwa ia benar Lia. JungSoo mendudukkan tubuhnya di ayunan yang berada di sebelah ayunan yang dipakai Lia. Namja itu memandangi Lia yang tengah tertunduk dalam.

       ”Kau akan pergi kan?“ Lia mendongak lalu menatap JungSoo nanar.

       ”Kau menangis?“ JungSoo kembali bertanya saat menjumpai mata Lia yang berkaca-kaca.

       ”JungSoo, jawab pertanyaanku.“ Namja itu mengernyitkan dahinya.

       ”Apa maksudmu, Lia?“

       ”Aku mendengar semuanya, kau akan pergi kan besok?“ JungSoo menjauhkan tubuhnya. Ia berjalan beberapa langkah ke belakang lalu membelakangi yeoja itu.

       ”Kau.. Mendengarnya?“

       ”Ne, aku mendengarnya. Kau akan pergi besok dan-“

       ”Ne, aku tahu. Jangan bahas masalah itu lagi karena hanya membuatku muak.“ JungSoo menoleh untuk melihat wajah Lia sesaat lalu kembali membuang mukanya.

       Lia diam memandangi punggung namja itu. JungSoo, ia tak mengerti dirinya. Tahukah dia bahwa ia takut kehilangan dirinya? Tahukah ia bahwa ia sangat berharga baginya? Semua pikiran itu semakin membuat yeoja itu sedih. Suara isakan yeoja itu pun mulai terdengar. Semakin lama semakin keras. Dengan kedua tangannya Lia menutup wajah menyedihkannya.

Mendengar itu, JungSoo cepat-cepat membalikkan badannya. ”Uljima..“
Lia tak bergeming, ia tetap menangis berharap JungSoo tahu apa yang sedang ia rasakan.

       ”Tunggu. Kau menangis, karena aku..?“
       ”Uljima.. Kumohon jangan menangis. Apalagi kau menangis karena aku. Uljima,“ hiburnya kepada Lia yang masih menangis.

       ”Jangan pergi,“ hening. JungSoo menatap tanpa arti kearah Lia yang masih sesenggukan.

       ”Mianhae, aku tak bisa. kau tahu kan appa ku seperti apa?“ Lia menundukkan kepalanya lalu menangis lagi. Yeoja kecil itu kini menangis sekeras-kerasnya. JungSoo mulai resah melihat Lia. Namja kecil itu tak mau orang-orang menyalahkan dirinya karena telah membuat Lia menangis.

       ”Uljima, Lia.. Uljima.“
       ”Jangan pergi JungSoo, aku menyayangimu.. Hu hu hu“ JungSoo membulatkan kedua matanya saat mendengar perkataan yeoja yang sedang menangis itu.

       ”Mwoya?“ Lia mendongakkan kepalanya.
       ”Aku menyayangimu, JungSoo..“
Keheningan kembali menyelimuti tempat itu. JungSoo dan Lia saling bertatapan lama entah apa artinya itu.

GREBB.
Lia tak berkedip. Inilah pertama kalinya yeoja kecil itu dipeluk oleh orang selain orang tuanya. Seketika itu juga tangisnya berhenti.

       ”Uljima.. Kau tahu Lia? Aku juga menyayangimu..“ Ujar namja kecil itu sambil menepuk-nepuk punggung Lia. Bukannya berhenti, Lia semakin menangis dan membuat JungSoo melepas pelukannya.

       ”Kenapa disaat seperti ini, kau harus pergi JungSoo?“

       ”Aku juga tidak tahu, Lia-ya.. Mungkin, inilah yang dinamakan dewasa. Saat dimana kau harus meninggalkan masa anak-anak.“ JungSoo tersenyum lalu meletakkan ibu jari kanannya di pipi Lia, mengusap airmatanya yang masih terus mengalir.

       ”..tapi, aku berjanji. Kujanjikan padamu, aku tak akan lama. Aku akan kembali setelah kelulusan menengah pertamaku. Dan kita bisa bertemu kembali, Lia-ya..“ JungSoo tersenyum lebar mencoba menghibur Lia yang masih menangis.

       ”Benarkah?“ JungSoo mengangguk.

       ”Kalau kau lupa aku?“ Lia mengusap kasar pipinya. Pertanyaannya membuat JungSoo terkekeh kecil.

       ”Haha, kau pikir aku sudah tua? Tenang saja Lia-ya, aku tak semudah itu melupakan orang yang aku sayangi.“ Lia kini benar-benar telah berhenti menangis. Ia mengangkat tangannya lalu mengeluarkan jari kelingking kanannya.
       ”Kau janji?“ JungSoo menyambut jari itu dengan kelingkingnya. ”Janji!“

__oOo__

Keesokan harinya-

       ”Tuan muda, mobil sudah siap.“ JungSoo menganggukkan kepalanya.

JungSoo terlihat sangat tampan kali ini. Ia mengenakan celana Levis dengan paduan jaket kulit berwarna hitam lengkap dengan kacamata hitamnya. Tak ketinggalan tangannya yang menenteng koper.

       Sebelum ia memasuki mobil, JungSoo mengedarkan pandangannya cemas mencari seseorang. Yaitu Lia.

       Namja itu berharap Lia datang di saat-saat terakhirnya. Namja itu ingin memeluk yeoja kecil itu sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi. JungSoo sayang, bahkan sangat menyayanginya.

Karena yang diharapkan tak kunjung datang, namja itu menyerah.

       'Aku akan sangat merindukanmu, Lia-ya..' Kata JungSoo di dalam hati.

       ”Tunggu apa lagi, JungSoo. Ayo masuk.“ Kata appa JungSoo dari dalam mobil. Mendengar itu JungSoo menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian mobil yang ditumpanginya mulai berjalan lalu menjauh meninggalkan rumah itu.


Sementara itu, tanpa orang lain yang tahu, yeoja kecil itu ternyata sedang meringkuk menangis tersedu di balik kamarnya. Melalui kaca jendelanya dapat ia lihat dengan jelas JungSoo sampai ia pergi.

       Lia sama sekali tak berniat keluar rumah lalu menghampiri JungSoo. Karena yeoja itu yakin, jika ia benar-benar melakukan hal itu maka ia akan menghentikannya. Ia tak ingin JungSoo pergi.

Namun Lia juga sadar diri. Ia sadar, dirinya bukan siapa-siapa JungSoo. Hanya sekadar sahabat. Dan tak sepatutnya seorang sahabat menggagalkan cita-cita sahabatnya sendiri.

       Kini hanya tinggallah Lia bersama dirinya sendiri. Tak ada lagi JungSoo, sosok namja yang selalu berada di sisinya. Namja yang juga menyayanginya.

       Lia menggenggam erat-erat kalung yang berliontin beruang pemberian JungSoo. Ia yakin, kelak ia akan bertemu JungSoo lagi.

       ”Aku akan menunggumu, JungSoo oppa..“


__oOo__


      Matahari perlahan merangkak naik dari peraduannya. Semburat merah fajar serta kicauan burung camar mewarnai perjalanan matahari dalam menjalankan tugasnya. Suhu dingin yang sebelumnya menyelimuti perkotaan kini berangsur menghilang diterpa sinar matahari.
      Pagi telah datang sejak tadi. Orang-orang kebanyakan telah melakukan aktivitasnya. Namun tidak untuk yeoja yang berkepang dua ini.

Dengan tergesa ia menuruni anak tangga rumahnya. Ini sudah hampir terlambat baginya untuk masuk kuliah.
      “Chagi.. Sarapan dulu.” Tampak seorang yeoja paruh baya yang tengah duduk di meja makan menyahut yeoja itu.
      “Ya Lia.. Sarapan dulu lah.” Sambung namja paruh baya yang juga berada di meja makan.
      “Mianhae, Eomma, Appa, aku terlambat. Nanti Lia sarapan di kampus.” Yeoja itu meminum segelas susu yang ada di meja lalu meminta pamit pada orangtuanya.
      “Lia berangkat dulu, eomma-Appa!” Teriaknya setelah berada di luar rumah yang ditanggapi sebuah anggukan dari mereka.

__oOo__


@Campus

      “Maaf, Silyehamnida.”
      “Permisi.” Lia berulang kali mengucapkan kata itu saat mencoba menembus gerombolan mahasiswi. Ia memang kini telah duduk di bangku kuliah semester pertama. Dan sekarang yeoja itu tengah berlari menuju kelasnya.

Gerakan larinya itu membuat buku-buku yang dibawanya sedikit goyah. Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk membenahi posisi buku itu.
      Namun akibatnya, Lia menjadi tak memperhatikan jalan di depannya. Ia tak tahu kalau tepat di depannya ada seorang namja yang tengah berjalan kearahnya seraya membaca buku. Hingga akhirnya-


'BRUKK'

“Aowh..”
Lia merasakan sedikit sakit pada kedua tangannya akibat tabrakan keras pada namja itu. Kini yeoja itu terduduk di lantai bersama buku-buku yang berserakan.

      “Gwenchana, noona?” Lia yang tak berniat menjawab pertanyaan namja itu hanya mengusap lengannya lalu memunguti buku-bukunya.

      “Biar kubantu.” Lia terhenyak saat tangan besar namja itu mencengkeram kedua lengannya. Dan hal itu membuat Lia mendongakkan kepalanya.

DEGG.

Apa ini?
Perasaan apakah ini?
Entah mengapa Lia merasakan suatu perasaan yang tak bisa dijelaskan saat tatapan matanya menangkap sorot hangat mata milik namja itu.

Perasaan yang sepertinya pernah Lia rasakan entah kapan itu. Perasaan yang selalu ia rindukan sejak lama.

Ya, perasaan yang sama seperti apa yang Lia rasakan saat menatap kedua mata namja yang merupakan cinta masa kecilnya, JungSoo. Mungkinkah?
Mungkinkah namja ini adalah...

      “Mian?” Lamunan Lia tersadar saat namja itu mengibaskan tangannya di depan yeoja itu. Lia hanya bisa bertingkah kaku.

      “Eoh, mianhae. Aku telah menabrakmu.” Lia menundukkan kepala menyesali perbuatannya.

      “Eoh, gwenchana. Lagipula itu juga kesalahanku. Berjalan di tengah jalan. Hehe.” Lia dibuatnya terkejut. Kembali ia menemukan sesuatu pada diri namja itu yang serupa dengan JungSoo. Yakni suaranya, tawanya, dan.. Senyumannya.

      “Namamu siapa?” Lia yang sudah tak tahan ingin memastikan siapakah namja di depannya ini. Sebenarnya merupakan hal yang langka seorang Shin Shi Lia menanyakan nama terlebih dulu pada seorang namja.

      “Eoh? Namaku? Aku-”

'KRIIINGGG'
Lia membulatkan matanya. Ia baru ingat kalau kelasnya sudah dimulai sejak tadi.

      “Mianhae jeongmal mianhae, lain kali kita sambung lagi ne. Aku terlambat.” Ucap yeoja itu lalu memulai langkah lebarnya lagi. Namja yang ditinggalkannya itu hanya bisa menatap heran.

__oOo__


Lia kali ini bisa bernafas dengan lega. Yeoja itu selamat dari dosen hingga sampai tempat duduknya. Namun tak lama muncullah dosen Kim dari pintu.

      “Pagi, anak-anak.” Sapanya.
      “Pagi..” Lia termasuk teman-temannya menjawab dengan serempak.

      “Sebelum memulai mengajar mata kuliah, saya akan mengenalkan mahasiswa baru.” Perkataan dosen Kim membuat suasana kelas menjadi ramai. Mereka bertanya-tanya siapa itu, tak terkecuali Lia. Ia pun penasaran siapa dia.

      “Dia adalah mahasiswa pindahan dari salah satu Universitas di Australia.” Lia serasa ingin melompat dari tempat duduknya saat mendengar penjelasan Dosen Kim. Australia? Itu kan tempat dimana JungSoo pergi. Pikirnya.

      “Silakan masuk.” Dosen Kim meoleh kearah pintu yang diikuti oleh puluhan pasang mata penghuni kelas itu.

Kemudian masuklah seorang namja. Semua mata di ruangan itu tampak terpesona melihatnya. Namja berwajah putih hampir pucat serta berpostur tinggi itu mulai mengenalkan dirinya.

'Dia? Dia kan namja yang aku tabrak tadi.' Benak Lia di dalam hati.

      “Anyeong haseyyo. Perkenalkan, Joheun Wu Yi Fan imnida..” Lia serasa kehilangan tenaganya saat mengetahui bahwa namja itu bukanlah JungSoo. Yeoja itu lemas dan meletakkan kepalanya di atas meja.

      “..tapi kalian bisa memanggil aku Kris.” Ujar namja yang ternyata bernama Kris itu sambil tersenyum.

      “Baiklah Kris, kamu bisa duduk sekarang.” Kata Dosen Kim yang disambut anggukan namja itu. Kris melangkahkan kakinya ke belakang. Ia lihat ada banyak kursi disana, namun ia memutuskan untuk duduk di dekat Lia.

      “Hai. Kita bertemu lagi,” Lia mengangkat kepalanya malas dari meja. Yeoja itu hanya tersenyum simpul menanggapi sapaan Kris.

      “Boleh aku duduk disampingmu?” Lia mengangguk kecil. Sebenarnya ia sangat malas hari ini. Terutama setelah mengetahui bahwa namja yang kini duduk disampingnya bukanlah JungSoo.

Akhirnya ia mengkuti mata kuliah yang diberikan oleh Dosen Kim. Tak seperti biasanya, Lia yang selalu semangat dan rajin kini menjadi malas-malasan seperti tidak semangat. Mata kuliah yang disampaikan terasa sangat sulit ia terima. Selain karena pikirannya yang terus tertuju pada JungSoo, juga karena Kris, namja itu terus saja mengajaknya bicara.

__oOo__


Semua mata kuliah hari ini telah diikuti oleh Lia. Namun tak satupun mereka masuk di pikiran yeoja itu. Entah apa yang terjadi pada yeoja itu.

Semenjak kejadian pagi tadi, ia teringat JungSoo. Dan yang semakin membuat hatinya sakit, ternyata namja yang ia duga adalah JungSoo adalah Kris.

Pikirannya terus saja tertuju kepada namja cinta kecilnya itu. Lia sebenarnya sudah terlalu sabar menunggu namja itu. Tapi apa? Sepertinya JungSoo lupa akan janji yang telah ia janjikan dulu.


      "Aku tak akan lama. Aku akan kembali setelah kelulusan menengah pertamaku. Dan kita bisa bertemu kembali, Lia-ya.."


Lia tersenyum sinis saat perkataan janji namja itu terlintas di pikirannya. Baginya janji itu tak pernah ada.

Jika JungSoo menepati janjinya. Namja itu pasti sekarang ada di samping Lia. Menemani Lia yang sudah sangat merindukannya sejak belasan tahun yang lalu.

      "JungSoo oppa.. Kau dimana? Apa kau melupakan aku?" Batin Lia.

      "Apa gunanya aku hidup menunggu orang yang pada akhirnya tak akan pernah kutemui?" Lia mengusap kedua pipinya yang kini teraliri airmata. Yeoja itu kini tengah berjalan lemah menuju jalan. Ia berniat untuk menyeberangi jalan.

Namun karena pikiran yang tak fokus. Yeoja itu menjadi tak memperhatikan sekitarnya. Ia tetap melangkahkan kakinya menyeberang, padahal tak jauh dari tempatnya melaju kencang sebuah mobil yang mungkin jika yeoja itu tidak segera beralih maka akan menghantamnya.


'TIN TIIN TIIIIN!!!'
Lia memang mendengar suara keras klakson itu, namun ia sengaja menghentikan langkah kakinya. Jadilah ia kini berdiam di tengah bahaya yang akan membahayakan dirinya sendiri.


      "Mungkin ini lebih baik daripada aku harus terus menunggumu, Oppa" batin Lia. Yeoja itu memejamkan kedua matanya saat matanya menangkap suatu cahaya putih menyilaukan. Mobil yang sama sekali tak mengurangi lajunya itu terlihat semakin mendekati tempat Lia berdiri.


'TIIN TIINN!!!!'

“AWAS NOONA !!!”


__oOo__


Terlihat beberapa orang berkerumun. Mereka mengerumuni sebuah bidang yang berada tepat di sebelah jalan raya.

      “Mereka tak apa?”
      “Apa mereka baik-baik saja?”

Mereka? Ya. Mereka adalah Lia dan seorang namja yang kini tengah tergeletak lemah di tanah. Mereka tidaklah pingsan. Mereka masih sadar.

Lia merasakan tubuhnya sedikit sesak. Ia mencoba bangun namun tak bisa. Ternyata ada seorang namja yang berada di atas tubuhnya.

Namja yang berada di atasnya terlihat heran. Namja itu merasa ia begitu mengenal yeoja ini, mata, senyum, dan segalanya. Ia merasa pernah menemui yeoja ini sebelumnya. Tapi dimana?

Lia akhirnya bisa berdiri. “Noona, kau baik-baik saja?” Lia tak menggubris pertanyaan orang-orang yang mengerumuninya.

Tanpa berniat mengetahui siapa yang telah berhasil menyelamatkan nyawanya, ia cepat-cepat melangkahkan kakinya pergi.
      “Noona, kau harus diobati.” Lia menoleh kasar seraya mengibaskan tangannya yang digenggam oleh seorang namja.

      “Lepaskan aku!” Yeoja itu memberontak ingin melepaskan genggaman tangan namja yang telah menyelamatkannya. Lia sudah merasa sangat putus asa. Ia menangis sejadi-jadinya tak peduli pandangan orang-orang di sekitarnya.

      “Noona, tenang dulu noona..” Namja itu masih memegang erat tangan Lia. Ia tak akan membiarkan yeoja itu pergi dengan kondisi yang masih seperti ini.

      “Lepas!! Kau siapa, huh? Kenapa kau mencampuri urusanku? Kenapa?! Seharusnya kau membiarkan mobil itu menabrakku tadi!!” Namja itu begitu tak percaya akan perkataan yeoja itu. Lia mengibaskan tangannya sekali lagi dan- berhasil. Tak menyiakan kesempatan, ia langsung berlari seraya menangis meninggalkan tempat itu.

__oOo__


Yeoja bernama lengkap Shin Shi Lia itu terus berlari mengikuti kemana arah kaki membawanya. Di sepanjang jalan ia tak hentinya menangis tanpa peduli orang-orang yang menatapnya aneh.

Akhirnya ia sampai pada sebuah taman. Taman yang menjadi saksi bisu kebersamaannya dengan JungSoo. Taman yang menyimpan semua kenangan indah masa kecilnya. Yeoja itu berjalan lemah menuju sebuah bangku taman itu.

Yeoja itu mendudukkan tubuhnya pada bangku yang mungkin sudah rapuh itu. Bak roll film, tiba-tiba terlintas di pikirannya kenangan masa kecil dulu. Dan hal itu harus kembali mengingatkannya teringat pada JungSoo. Dan itu membuat airmatanya kembali mendesak kedua matanya.

      “Kau jahat, Oppa!! Kau jahat!” Akhirnya untuk kesekian kalinya yeoja itu menangis. Ia menangis sejadi-jadinya disana.

      “Kenapa sampai sekarang kau belum kembali? Kenapa kau melupakan janjimu?? Kenapa?” Yeoja itu meletakkan tangannya di leher lalu menarik dengan keras benda yang melingkar di lehernya. Dan dalam sekali lemparan kalung berliontinkan beruang itu sudah melayang entah kemana.

Yeoja itu lalu mengangkat kedua kakinya ke atas bangku lalu menyembunyikan kepalanya di sela-sela lututnya. Sehingga suara tangisnya teredam di dalamnya.


Tanpa Lia sadari, ternyata namja yang menyelamatkannya tadi terus mengikutinya dari belakang. Namja itu menyembunyikan diri di balik semak-semak dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Namja itu mengernyit heran saat mendengar suara setengah teriakan dari yeoja itu. Ia melihat yeoja itu melemparkan sesuatu jauh di depannya.

Penasaran, akhirnya namja itu melangkahkan kakinya untuk mencari benda yang dilempar itu.

Walaupun sudah lama mencari, namja itu tak kunjung menemukan apa yang ia cari. Akhirnya namja itu menyerah, ia pun memutuskan untuk pulang.

'KREKK'

Namja itu menurunkan pandangannya ke tanah saat ia merasakan menginjak sesuatu. “Mwoya?”
Namja itu terkejut saat melihat apa yang ia injak. Sebuah kalung.

      “Apa? Liontin beruang? Jadi..” Namja itu segera mendongakkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke arah yeoja yang tengah menangis itu. “Dia Lia?” Namja itu tersenyum seraya melangkahkan kakinya cepat ke arah yeoja itu.

      “Akhirnya kumenemukanmu, Lia.. Aku menemukanmu..” Ucap namja itu sembari memeluk tubuh Lia erat yang membuat yeoja itu mendongakkan kepalanya.

      “Oppa? Kau.. JungSoo oppa??” Namja itu mengangguk. Hampir-hampir saja airmata namja itu menetes. Setelah beberapa saat saling bertatapan, akhirnya mereka saling berpelukan erat.

      “Saranghaeyo, Lia.. Saranghaeyo..” Ucap JungSoo yang masih memeluk Lia.
      “Nado, JungSoo oppa.. Nado saranghae.”


__oOo__


Tampak seorang yeoja berbusana gaun putih tengah membolak-balikkan tubuhnya di depan kaca. Berulang kali ia merapikan gaun yang dipakainya mencoba memastikan apakah penampilannya sudah benar-benar sempurna. Ia tak ingin merusak saat-saat yang akan menjadi momen paling berharga di hidupnya.

      “Chagiya... Kau sudah selesai?” Yeoja itu menolehkan kepalanya kearah pintu. Terlihat seorang namja paruh baya yang sedang tersenyum.

      “Mollayo, Appa.. Aku- Aku belum merasa penampilanku ini sudah sempurna.” Lia sedikit menekuk wajahnya. Jujur selama ini ia belum pernah berhubungan dengan alat-alat make up. Karena selama ini hanya bedak saja yang ia pakai.

Mendengar jawaban itu, namja paruh baya berbusana tuxedo hitam itu melangkahkan kakinya mendekati putri kesayangannya itu.

      “Menurut Appa, kau sudah lebih dari cantik, Lia..” Ucapnya seraya mengelus sayang rambut Lia. Walaupun perkataan itu keluar dari Appanya sendiri, yeoja itu tetap saja malu mendengar pujian itu. “Haha., Appa berlebihan.”

      “Sudahlah, ayo. Tamu sudah menunggumu dari tadi. Dan.. Lagipula, apa kau tak ingin melihat JungSoo? Ia sangat tampan kali ini, Lia..” Lia membulatkan kedua matanya.

      “Mwo? Kurasa- JungSoo memang tampan sejak dulu. Haha.”

      “Sudahlah, jja. Kita turun.” Lia menganggukkan kepalanya mengiyakan.

Akhirnya bapak dan anak itu bergandengan tangan dan mulai turun meniti anak tangga. Lia kembali harus merasa tersipu saat sebagian besar pandangan para tamu tertuju ke arahnya.

Lia mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Dan akhirnya tatapan matanya itu terhenti tepat kearah mata seorang namja pujaan hatinya.

Mungkin benar apa kata Appanya, JungSoo hari ini terlihat sangatlah tampan. Ia terlihat keren dengan balutan tuxedo warna putih.

      “Omona.. Neomu yeppoe nae yeoja,.” JungSoo mencolek dagu Lia sesaat setelah yeoja itu tiba. Dan lagi-lagi akibat pujiannya itu Lia harus kembali tersipu. Pipinya yang sedikit cubby itu terlihat merona.

      “Anakku memang cantik sejak dulu, JungSoo.. Baiklah, karena acara segera dimulai, Lia sekarang aku amanatkan kepadamu, Jaga dan Lindungi dia.” JungSoo meraih tangan Lia dan menggenggamnya erat.

      “Pasti.” Ucapnya seraya tersenyum hangat dan menatap lembut kearah Lia.

Cinta mereka akan diikat dalam sebuah ikatan pertunangan nan suci. Kini JungSoo sedang menggamit mesra tangan Lia dan berjalan menuju altar.

      “Lia-ya..”
      “Ne, JungSoo oppa?”

      “Saranghae..”
      “Nado Saranghae, oppa...”




__________ THE END __________

comment juseyo...^^