Title : ONESHOT // Your Eyes
Author : Miss Viva
Facebook : Vhievachh Djochaamee
Twitter : @viva_lulux
Genre : Romance, Sad Romance
Rating : G, PG 15+
Length : ONESHOT
Cast:
- Shin Shi Lia (OC)
a.k.a Lia
- Park Jung Soo a.k.a
Jungsoo
- And Other Cast
Disclaimer:
This fanfiction is
original story of my mine. The Cast is Belong to Her/Him self. Don’t bash me.
And Please Don't Copy Paste my idea and this FF.. Please be NICE READERS,
guys.. :)
WARNING !!
typo?
*may be
Feel?
*Entahlah
And anywhere you found this FF.. Please give your Like and
comment.. :)
Happy Reading !!
*
__oOo__
Terlihat seorang
yeoja kecil tengah duduk di sebuah bangku taman. Taman yang tak cukup luas
namun mampu menyajikan pemandangan yang indah dan asri. Tampak pula beberapa
anak sedang bermain disana.
Berbeda dengan
teman-temannya yang bermain, yeoja kecil itu lebih memilih menghabiskan waktu
disini, duduk di sebuah bangku tepat di bawah pohon maple. Yeoja yang kira-kira
berumur 8 tahun itu tengah tertunduk membaca sebuah buku tebal. Kedua kaki
kecilnya yang menggantung di udara senantiasa ia gerakkan.
Telah berulang kali
ia mendengar teriakan ajakan bermain dari teman-temannya. Namun yeoja kecil itu
menggeleng. Baginya menghabiskan waktu dengan bermain itu hanya membuatnya
lelah saja, dan tidak ada manfaatnya. Lebih baik ia menghabiskan waktu dengan
membaca buku.
'BUKK'
Yeoja kecil itu
hampir saja menangis saat tiba-tiba ia merasakan sakit di tangannya. Ia melihat
bukunya yang terjatuh di tanah. Ia menurunkan tubuh kecilnya dari bangku untuk
mengambil benda itu.
”Mianhae, jeongmal
mianhae.“ Yeoja kecil itu terhenyak saat tiba-tiba ia mendengar suara namja.
Tanpa berniat melihat wajah sang namja, yeoja kecil itu cepat-cepat meraih
bukunya lalu berdiri melangkahkan kakinya.
”Hei! Wae geurae?“
Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat suara namja itu kembali
terdengar. Kini ia tertunduk seraya memeluk buku yang dibawanya. Yeoja kecil
itu sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terlalu malu berhadapan
dengan seorang namja.Namja itu mengambil bola yang sempat mengenai yeoja itu
lalu berjalan mendekatinya. ”Mianhae, ne? Aku tak sengaja.“
Yeoja kecil itu tetap pada posisinya, diam tak bergerak
membuat namja kecil yang lebih tua 4 tahun darinya heran.
”Wae? Kau tak mau
memaafkanku?“ Yeoja itu hanya sedikit bergerak mencoba membenarkan letak buku
tebal yang ia bawa. Buku itu sedikit berat baginya.
Namja kecil itu
mengira bahwa yeoja itu memang benar-benar tak mau memaafkannya. Maka ia pun
mencari-cari sesuatu di kantong celananya.
”Ige.“ Karena
penasaran apa yang diulurkan oleh namja itu, akhirnya yeoja kecil itu
mendongakkan kepalanya. Sebuah permen lollipop.
Namja itu tersenyum saat melihat sebuah kernyitan di
kening yeoja itu. ”Ige untukmu, anggap saja sebagai permintaan maafku.
Ambillah.“
Dengan ragu yeoja
kecil itu mengulurkan tangannya lalu menerima permen itu. Melihat tingkah yeoja
itu, sang namja tersenyum manis membuat lesung pipinya terlihat. Manis sekali.
”Siapa namamu? Aku
Jungsoo.“
”Aku.. Lia. Shin Shi
Lia.“
__oOo__
Semakin lama
hubungan persahabatan Lia dan JungSoo semakin dekat. Mereka lebih memilih untuk
bermain bersama dibandingkan bermain dengan teman-teman sebaya lainnya.
Lia, yang dulunya
adalah yeoja kecil pendiam, sering menyendiri dan pemalu sekarang berubah
menjadi yeoja kecil periang dan selalu ceria.
Itu karena
keberadaaan JungSoo. Walaupun keduanya masih terlampau kecil, Lia 8 tahun dan
JungSoo 12 tahun, mereka telah merasa suatu kenyamanan saat berada di dekat
satu sama lain.
Cinta?
Entah, mereka masih
terlalu dini untuk tahu apa itu Cinta. Mereka hanya bersahabat, sahabat dekat.
”Kau sendiri saja?“
Ucap JungSoo suatu hari pada Lia yang tengah duduk di bangku taman. Yeoja kecil
itu sedikit terkejut akan kedatangan JungSoo yang tiba-tiba.
”Neo, wae geurae?“
JungSoo memperhatikan wajah imut yeoja yang lebih muda 4 tahun darinya itu
dengan teliti. Tak biasanya Lia merenung. Menyendiri tanpa keberadaan buku-buku
tebal yang selalu menemaninya.
”Aku.. Aku takut,“
Namja kecil berlesung pipi manis itu mengernyitkan dahinya
mendengar jawaban itu. Takut? Apa yang ia takutkan? Ini masih siang dan apa
mungkin ada hantu di siang hari? Pikirnya.
”Apa yang kau
takutkan, Lia? Ini masih siang, tidak mungkin ada hantu. Tapi kalaupun ada
hantu, akan ku-“
”Bukan, bukan hantu
JungSoo-ya. Aku tidak takut hantu.“ JungSoo menyerah. Ia merasa terlalu pusing
untuk memahami pikiran yeoja.
”Lalu apa?“
”Aku..“ Lia merasa
ragu mengatakan apa yang sebenarnya ia takuti kepada JungSoo. Ia takut namja
itu akan memarahinya.
”Apa? Katakan saja
Lia-ya.“
”Aku.. Aku tak mau
mengatakannya.“ JungSoo menatap tidak terima pada Lia yang sekarang berlari
meninggalkannya. Merasa penasaran, JungSoo mengejar yeoja kecil itu.
“Hei, yeoja! Jangan
lari kau! Haha“ Lia terhenyak saat mendengar teriakan JungSoo yang berlari
mengikutinya. Karena JungSoo yang semakin dekat, Lia pun mengangkat kedua
kakinya berlari menghindari namja kecil itu. Jadilah mereka kini
berkejar-kejaran.
__oOo__
Cukup lama mereka
berkejar-kejaran seperti itu, Lia masih bisa lolos walaupun sudah berulang kali
JungSoo hampir menangkapnya.
Tawa renyah keduanya
pun terdengar menghiasi sore hari nan cerah di taman itu. Mereka sangat
menikmati kebersamaan mereka saat ini.
Semoga selalu
seperti ini, harap Lia. Di tengah gerakan larinya, muncul rasa sedih di hati
yeoja itu saat tiba-tiba perasaan takut itu datang. Entah mengapa ia selalu
saja sedih saat rasa takut itu muncul.
Tanpa ia sadari, gerakan kakinya semakin melemah. JungSoo
tertawa tertahan saat ia sudah berada dekat dengan Lia.
”Kutangkap Kau!
Haha.“
Saat JungSoo mencoba menangkap tangan Lia, Lia mengelak.
Sehingga JungSoo yang saat itu posisinya condong ke depan menjadi kehilangan
keseimbangan. Hingga akhirnya-
'BRUKK'
Mereka terjatuh
dengan posisi JungSoo berada di bawah tubuh kecil Lia. Sakit memang, namun rasa
sakit mereka tiba-tiba hilang saat tatapan keduanya bertemu.
Masih kecil memang,
namun entah apakah perasaan yang tiba-tiba muncul itu adalah cinta? Perasaan
nyaman berada dekat satu sama lain, dan perasaan takut kehilangan.
”Kau berat,
JungSoo-ya..“ JungSoo buru-buru mengangkat badannya saat melihat mimik
kesakitan wajah yeoja di bawahnya.
”Aih- Mianhae.“
Lia mendudukkan tubuhnya di hamparan rumput hijau taman.
Istirahat sejenak mungkin bisa menghilangkan rasa lelahnya.
”Lia, aku punya
hadiah untukmu.“
”Mwo? Rasanya ulang
tahunku masih lama.“
”Issh.. Mau tidak?“
JungSoo tersenyum melihat anggukan kecil yeoja itu.
”Pejamkan matamu.“
Lia memejamkan matanya.
”Jangan buka mata
sebelum aku perintah ne.“
Tak lama kemudian
yeoja kecil itu merasakan ada tangan yang mengangkat rambutnya ke atas. Lalu ia
merasakan sesuatu melingkari lehernya.
”Buka matamu.“
”kalung? Wah.. Bagus
sekali, gomawo JungSoo..“ JungSoo tersenyum menanggapi.
”Hajiman.. Beruang?“
”Kenapa? Jelek?“
JungSoo sedikit menekuk mukanya. Terlihat sedikit guratan menyesal di wajahnya.
”Aniyo. Hanya saja..
Unik. Hehe“ Lia memperhatikan kembali liontin berbentuk beruang itu.
”Baguslah, kelak aku
akan lebih mudah menemukanmu.“
”maksudmu? Kau akan
pergi? Tapi kenapa? Bukankah kau akan tetap disini? Kita tak akan berpisah
kan?“ Lia menghujani pertanyaan kepada namja kecil itu. JungSoo menolehkan
kepalanya menghadap wajah Lia sehingga tatapan keduanya kembali bertemu.
”Kau tahu? kita tak
mungkin bisa selalu bersama seperti ini, Lia-ya.. Kelak nanti dewasa, kita akan
mempunyai urusan masing-masing. Dan pasti suatu saat kita akan berpisah.“
JungSoo yang lebih dewasa daripada Lia mencoba menjelaskan.
Lia terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan namja kecil
itu.”Jadi.. Maksudmu, kau akan pergi?“
”Molla, aku juga
tidak tahu. Mungkin suatu saat.“
__oOo__
Beberapa hari kemudian-
Tampak seorang yeoja
kecil tengah melangkahkan kakinya lebar-lebar. Sesekali terlihat
lompatan-lompatan kecil darinya diiringi senandung lirih dari mulut kecilnya.
Ia kini sangat
senang bahkan bahagia. Karena ia akan bertemu JungSoo. Memang, hampir setiap
hari dirinya bertemu dengan JungSoo. Namun entah mengapa setiap ia mendengar
nama namja itu ia selalu bersemangat.
Lia menarik kedua
sudut bibirnya kala tujuannya sudah terlihat. Rumah JungSoo. Ia langkahkan
kakinya mendekati pintu.
”Jangan membantah,
JungSoo! Kau ini sudah besar!“
”Kenapa harus
kesana, Appa?! Apa tak ada tempat lain? Seoul mempunyai banyak sekolah menengah
yang unggulan.“
”Diam! Tak ada lagi
penolakan! Ini sudah menjadi keputusan Eomma dan Appa.“
”Tapi, App-“
”Cukup! Besok, Appa
akan mengantarmu ke bandara untuk penerbangan ke Australia. Tak ada lagi
penolakan!“
DEGG.
Lia telah mendengar semuanya. Ia melangkahkan kakinya
mundur tak percaya akan apa yang ia dengar.
JungSoo? Ia akan
pergi? Pergi jauh meninggalkan dirinya? Lia menutup mulutnya dengan tangannya
sendiri mencoba menahan suara isakannya agar JungSoo tak mendengarnya.
Akhirnya tangis
yeoja kecil itu pun pecah, ia lalu berlari meninggalkan rumah JungSoo seraya
menangis.
__oOo__
JungSoo kini sedang
berjalan menuju taman. Terlihat tangannya membawa sebuah buku tebal.
Sesampainya di taman, lekas-lekas ia edarkan pandangannya. Mencari sesosok
yeoja kecil yang akhir-akhir ini dekat dengan dirinya.
Walaupun telah lama
mencari, JungSoo tak kunjung menemukan sosok Lia. Guratan cemas mulai menghiasi
wajah namja kecil yang mulai beranjak remaja itu.
Hatinya mencelos kala ia melihat seorang yeoja kecil
sedang duduk di ayunan. JungSoo tersenyum lalu menghampiri yeoja kecil yang
diyakininya adalah Lia.
”Ah.. Kau disini
rupanya.“ Sapanya lega saat memastikan bahwa ia benar Lia. JungSoo mendudukkan
tubuhnya di ayunan yang berada di sebelah ayunan yang dipakai Lia. Namja itu
memandangi Lia yang tengah tertunduk dalam.
”Kau akan pergi
kan?“ Lia mendongak lalu menatap JungSoo nanar.
”Kau menangis?“
JungSoo kembali bertanya saat menjumpai mata Lia yang berkaca-kaca.
”JungSoo, jawab
pertanyaanku.“ Namja itu mengernyitkan dahinya.
”Apa maksudmu, Lia?“
”Aku mendengar
semuanya, kau akan pergi kan besok?“ JungSoo menjauhkan tubuhnya. Ia berjalan
beberapa langkah ke belakang lalu membelakangi yeoja itu.
”Kau.. Mendengarnya?“
”Ne, aku
mendengarnya. Kau akan pergi besok dan-“
”Ne, aku tahu.
Jangan bahas masalah itu lagi karena hanya membuatku muak.“ JungSoo menoleh
untuk melihat wajah Lia sesaat lalu kembali membuang mukanya.
Lia diam memandangi
punggung namja itu. JungSoo, ia tak mengerti dirinya. Tahukah dia bahwa ia
takut kehilangan dirinya? Tahukah ia bahwa ia sangat berharga baginya? Semua
pikiran itu semakin membuat yeoja itu sedih. Suara isakan yeoja itu pun mulai
terdengar. Semakin lama semakin keras. Dengan kedua tangannya Lia menutup wajah
menyedihkannya.
Mendengar itu, JungSoo cepat-cepat membalikkan badannya.
”Uljima..“
Lia tak bergeming, ia tetap menangis berharap JungSoo tahu
apa yang sedang ia rasakan.
”Tunggu. Kau
menangis, karena aku..?“
”Uljima.. Kumohon
jangan menangis. Apalagi kau menangis karena aku. Uljima,“ hiburnya kepada Lia
yang masih menangis.
”Jangan pergi,“
hening. JungSoo menatap tanpa arti kearah Lia yang masih sesenggukan.
”Mianhae, aku tak
bisa. kau tahu kan appa ku seperti apa?“ Lia menundukkan kepalanya lalu
menangis lagi. Yeoja kecil itu kini menangis sekeras-kerasnya. JungSoo mulai
resah melihat Lia. Namja kecil itu tak mau orang-orang menyalahkan dirinya
karena telah membuat Lia menangis.
”Uljima, Lia..
Uljima.“
”Jangan pergi
JungSoo, aku menyayangimu.. Hu hu hu“ JungSoo membulatkan kedua matanya saat
mendengar perkataan yeoja yang sedang menangis itu.
”Mwoya?“ Lia
mendongakkan kepalanya.
”Aku menyayangimu,
JungSoo..“
Keheningan kembali menyelimuti tempat itu. JungSoo dan Lia
saling bertatapan lama entah apa artinya itu.
GREBB.
Lia tak berkedip. Inilah pertama kalinya yeoja kecil itu
dipeluk oleh orang selain orang tuanya. Seketika itu juga tangisnya berhenti.
”Uljima.. Kau tahu
Lia? Aku juga menyayangimu..“ Ujar namja kecil itu sambil menepuk-nepuk
punggung Lia. Bukannya berhenti, Lia semakin menangis dan membuat JungSoo
melepas pelukannya.
”Kenapa disaat
seperti ini, kau harus pergi JungSoo?“
”Aku juga tidak
tahu, Lia-ya.. Mungkin, inilah yang dinamakan dewasa. Saat dimana kau harus
meninggalkan masa anak-anak.“ JungSoo tersenyum lalu meletakkan ibu jari
kanannya di pipi Lia, mengusap airmatanya yang masih terus mengalir.
”..tapi, aku
berjanji. Kujanjikan padamu, aku tak akan lama. Aku akan kembali setelah kelulusan
menengah pertamaku. Dan kita bisa bertemu kembali, Lia-ya..“ JungSoo tersenyum
lebar mencoba menghibur Lia yang masih menangis.
”Benarkah?“ JungSoo
mengangguk.
”Kalau kau lupa
aku?“ Lia mengusap kasar pipinya. Pertanyaannya membuat JungSoo terkekeh kecil.
”Haha, kau pikir aku
sudah tua? Tenang saja Lia-ya, aku tak semudah itu melupakan orang yang aku
sayangi.“ Lia kini benar-benar telah berhenti menangis. Ia mengangkat tangannya
lalu mengeluarkan jari kelingking kanannya.
”Kau janji?“ JungSoo
menyambut jari itu dengan kelingkingnya. ”Janji!“
__oOo__
Keesokan harinya-
”Tuan muda, mobil
sudah siap.“ JungSoo menganggukkan kepalanya.
JungSoo terlihat sangat tampan kali ini. Ia mengenakan
celana Levis dengan paduan jaket kulit berwarna hitam lengkap dengan kacamata
hitamnya. Tak ketinggalan tangannya yang menenteng koper.
Sebelum ia memasuki
mobil, JungSoo mengedarkan pandangannya cemas mencari seseorang. Yaitu Lia.
Namja itu berharap
Lia datang di saat-saat terakhirnya. Namja itu ingin memeluk yeoja kecil itu
sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi. JungSoo sayang, bahkan sangat
menyayanginya.
Karena yang diharapkan tak kunjung datang, namja itu
menyerah.
'Aku akan sangat
merindukanmu, Lia-ya..' Kata JungSoo di dalam hati.
”Tunggu apa lagi,
JungSoo. Ayo masuk.“ Kata appa JungSoo dari dalam mobil. Mendengar itu JungSoo
menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian mobil yang ditumpanginya mulai berjalan
lalu menjauh meninggalkan rumah itu.
Sementara itu, tanpa orang lain yang tahu, yeoja kecil itu
ternyata sedang meringkuk menangis tersedu di balik kamarnya. Melalui kaca
jendelanya dapat ia lihat dengan jelas JungSoo sampai ia pergi.
Lia sama sekali tak
berniat keluar rumah lalu menghampiri JungSoo. Karena yeoja itu yakin, jika ia
benar-benar melakukan hal itu maka ia akan menghentikannya. Ia tak ingin
JungSoo pergi.
Namun Lia juga sadar diri. Ia sadar, dirinya bukan
siapa-siapa JungSoo. Hanya sekadar sahabat. Dan tak sepatutnya seorang sahabat
menggagalkan cita-cita sahabatnya sendiri.
Kini hanya
tinggallah Lia bersama dirinya sendiri. Tak ada lagi JungSoo, sosok namja yang
selalu berada di sisinya. Namja yang juga menyayanginya.
Lia menggenggam
erat-erat kalung yang berliontin beruang pemberian JungSoo. Ia yakin, kelak ia
akan bertemu JungSoo lagi.
”Aku akan
menunggumu, JungSoo oppa..“
__oOo__
Matahari
perlahan merangkak naik dari peraduannya. Semburat merah fajar serta kicauan
burung camar mewarnai perjalanan matahari dalam menjalankan tugasnya. Suhu dingin
yang sebelumnya menyelimuti perkotaan kini berangsur menghilang diterpa sinar
matahari.
Pagi
telah datang sejak tadi. Orang-orang kebanyakan telah melakukan aktivitasnya.
Namun tidak untuk yeoja yang berkepang dua ini.
Dengan tergesa ia menuruni anak tangga rumahnya. Ini sudah
hampir terlambat baginya untuk masuk kuliah.
“Chagi..
Sarapan dulu.” Tampak seorang yeoja paruh baya yang tengah duduk di meja makan
menyahut yeoja itu.
“Ya
Lia.. Sarapan dulu lah.” Sambung namja paruh baya yang juga berada di meja
makan.
“Mianhae,
Eomma, Appa, aku terlambat. Nanti Lia sarapan di kampus.” Yeoja itu meminum
segelas susu yang ada di meja lalu meminta pamit pada orangtuanya.
“Lia
berangkat dulu, eomma-Appa!” Teriaknya setelah berada di luar rumah yang
ditanggapi sebuah anggukan dari mereka.
__oOo__
@Campus
“Maaf,
Silyehamnida.”
“Permisi.”
Lia berulang kali mengucapkan kata itu saat mencoba menembus gerombolan
mahasiswi. Ia memang kini telah duduk di bangku kuliah semester pertama. Dan
sekarang yeoja itu tengah berlari menuju kelasnya.
Gerakan larinya itu membuat buku-buku yang dibawanya
sedikit goyah. Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk membenahi posisi buku
itu.
Namun
akibatnya, Lia menjadi tak memperhatikan jalan di depannya. Ia tak tahu kalau
tepat di depannya ada seorang namja yang tengah berjalan kearahnya seraya
membaca buku. Hingga akhirnya-
'BRUKK'
“Aowh..”
Lia merasakan sedikit sakit pada kedua tangannya akibat
tabrakan keras pada namja itu. Kini yeoja itu terduduk di lantai bersama buku-buku
yang berserakan.
“Gwenchana,
noona?” Lia yang tak berniat menjawab pertanyaan namja itu hanya mengusap
lengannya lalu memunguti buku-bukunya.
“Biar
kubantu.” Lia terhenyak saat tangan besar namja itu mencengkeram kedua
lengannya. Dan hal itu membuat Lia mendongakkan kepalanya.
DEGG.
Apa ini?
Perasaan apakah ini?
Entah mengapa Lia merasakan suatu perasaan yang tak bisa
dijelaskan saat tatapan matanya menangkap sorot hangat mata milik namja itu.
Perasaan yang sepertinya pernah Lia rasakan entah kapan
itu. Perasaan yang selalu ia rindukan sejak lama.
Ya, perasaan yang sama seperti apa yang Lia rasakan saat
menatap kedua mata namja yang merupakan cinta masa kecilnya, JungSoo.
Mungkinkah?
Mungkinkah namja ini adalah...
“Mian?”
Lamunan Lia tersadar saat namja itu mengibaskan tangannya di depan yeoja itu.
Lia hanya bisa bertingkah kaku.
“Eoh,
mianhae. Aku telah menabrakmu.” Lia menundukkan kepala menyesali perbuatannya.
“Eoh,
gwenchana. Lagipula itu juga kesalahanku. Berjalan di tengah jalan. Hehe.” Lia
dibuatnya terkejut. Kembali ia menemukan sesuatu pada diri namja itu yang
serupa dengan JungSoo. Yakni suaranya, tawanya, dan.. Senyumannya.
“Namamu
siapa?” Lia yang sudah tak tahan ingin memastikan siapakah namja di depannya
ini. Sebenarnya merupakan hal yang langka seorang Shin Shi Lia menanyakan nama
terlebih dulu pada seorang namja.
“Eoh?
Namaku? Aku-”
'KRIIINGGG'
Lia membulatkan matanya. Ia baru ingat kalau kelasnya
sudah dimulai sejak tadi.
“Mianhae
jeongmal mianhae, lain kali kita sambung lagi ne. Aku terlambat.” Ucap yeoja
itu lalu memulai langkah lebarnya lagi. Namja yang ditinggalkannya itu hanya
bisa menatap heran.
__oOo__
Lia kali ini bisa bernafas dengan lega. Yeoja itu selamat
dari dosen hingga sampai tempat duduknya. Namun tak lama muncullah dosen Kim
dari pintu.
“Pagi,
anak-anak.” Sapanya.
“Pagi..”
Lia termasuk teman-temannya menjawab dengan serempak.
“Sebelum
memulai mengajar mata kuliah, saya akan mengenalkan mahasiswa baru.” Perkataan
dosen Kim membuat suasana kelas menjadi ramai. Mereka bertanya-tanya siapa itu,
tak terkecuali Lia. Ia pun penasaran siapa dia.
“Dia
adalah mahasiswa pindahan dari salah satu Universitas di Australia.” Lia serasa
ingin melompat dari tempat duduknya saat mendengar penjelasan Dosen Kim.
Australia? Itu kan tempat dimana JungSoo pergi. Pikirnya.
“Silakan
masuk.” Dosen Kim meoleh kearah pintu yang diikuti oleh puluhan pasang mata
penghuni kelas itu.
Kemudian masuklah seorang namja. Semua mata di ruangan itu
tampak terpesona melihatnya. Namja berwajah putih hampir pucat serta berpostur
tinggi itu mulai mengenalkan dirinya.
'Dia? Dia kan namja yang aku tabrak tadi.' Benak Lia di
dalam hati.
“Anyeong
haseyyo. Perkenalkan, Joheun Wu Yi Fan imnida..” Lia serasa kehilangan
tenaganya saat mengetahui bahwa namja itu bukanlah JungSoo. Yeoja itu lemas dan
meletakkan kepalanya di atas meja.
“..tapi
kalian bisa memanggil aku Kris.” Ujar namja yang ternyata bernama Kris itu
sambil tersenyum.
“Baiklah
Kris, kamu bisa duduk sekarang.” Kata Dosen Kim yang disambut anggukan namja
itu. Kris melangkahkan kakinya ke belakang. Ia lihat ada banyak kursi disana,
namun ia memutuskan untuk duduk di dekat Lia.
“Hai.
Kita bertemu lagi,” Lia mengangkat kepalanya malas dari meja. Yeoja itu hanya
tersenyum simpul menanggapi sapaan Kris.
“Boleh
aku duduk disampingmu?” Lia mengangguk kecil. Sebenarnya ia sangat malas hari
ini. Terutama setelah mengetahui bahwa namja yang kini duduk disampingnya
bukanlah JungSoo.
Akhirnya ia mengkuti mata kuliah yang diberikan oleh Dosen
Kim. Tak seperti biasanya, Lia yang selalu semangat dan rajin kini menjadi
malas-malasan seperti tidak semangat. Mata kuliah yang disampaikan terasa
sangat sulit ia terima. Selain karena pikirannya yang terus tertuju pada
JungSoo, juga karena Kris, namja itu terus saja mengajaknya bicara.
__oOo__
Semua mata kuliah hari ini telah diikuti oleh Lia. Namun
tak satupun mereka masuk di pikiran yeoja itu. Entah apa yang terjadi pada
yeoja itu.
Semenjak kejadian pagi tadi, ia teringat JungSoo. Dan yang
semakin membuat hatinya sakit, ternyata namja yang ia duga adalah JungSoo
adalah Kris.
Pikirannya terus saja tertuju kepada namja cinta kecilnya
itu. Lia sebenarnya sudah terlalu sabar menunggu namja itu. Tapi apa?
Sepertinya JungSoo lupa akan janji yang telah ia janjikan dulu.
"Aku tak akan lama. Aku akan
kembali setelah kelulusan menengah pertamaku. Dan kita bisa bertemu kembali,
Lia-ya.."
Lia tersenyum sinis saat perkataan janji namja itu
terlintas di pikirannya. Baginya janji itu tak pernah ada.
Jika JungSoo menepati janjinya. Namja itu pasti sekarang
ada di samping Lia. Menemani Lia yang sudah sangat merindukannya sejak belasan
tahun yang lalu.
"JungSoo
oppa.. Kau dimana? Apa kau melupakan aku?" Batin Lia.
"Apa
gunanya aku hidup menunggu orang yang pada akhirnya tak akan pernah
kutemui?" Lia mengusap kedua pipinya yang kini teraliri airmata. Yeoja itu
kini tengah berjalan lemah menuju jalan. Ia berniat untuk menyeberangi jalan.
Namun karena pikiran yang tak fokus. Yeoja itu menjadi tak
memperhatikan sekitarnya. Ia tetap melangkahkan kakinya menyeberang, padahal
tak jauh dari tempatnya melaju kencang sebuah mobil yang mungkin jika yeoja itu
tidak segera beralih maka akan menghantamnya.
'TIN TIIN TIIIIN!!!'
Lia memang mendengar suara keras klakson itu, namun ia
sengaja menghentikan langkah kakinya. Jadilah ia kini berdiam di tengah bahaya
yang akan membahayakan dirinya sendiri.
"Mungkin
ini lebih baik daripada aku harus terus menunggumu, Oppa" batin Lia. Yeoja
itu memejamkan kedua matanya saat matanya menangkap suatu cahaya putih
menyilaukan. Mobil yang sama sekali tak mengurangi lajunya itu terlihat semakin
mendekati tempat Lia berdiri.
'TIIN TIINN!!!!'
“AWAS NOONA !!!”
__oOo__
Terlihat beberapa orang berkerumun. Mereka mengerumuni
sebuah bidang yang berada tepat di sebelah jalan raya.
“Mereka
tak apa?”
“Apa
mereka baik-baik saja?”
Mereka? Ya. Mereka adalah Lia dan seorang namja yang kini
tengah tergeletak lemah di tanah. Mereka tidaklah pingsan. Mereka masih sadar.
Lia merasakan tubuhnya sedikit sesak. Ia mencoba bangun
namun tak bisa. Ternyata ada seorang namja yang berada di atas tubuhnya.
Namja yang berada di atasnya terlihat heran. Namja itu
merasa ia begitu mengenal yeoja ini, mata, senyum, dan segalanya. Ia merasa
pernah menemui yeoja ini sebelumnya. Tapi dimana?
Lia akhirnya bisa berdiri. “Noona, kau baik-baik saja?”
Lia tak menggubris pertanyaan orang-orang yang mengerumuninya.
Tanpa berniat mengetahui siapa yang telah berhasil
menyelamatkan nyawanya, ia cepat-cepat melangkahkan kakinya pergi.
“Noona,
kau harus diobati.” Lia menoleh kasar seraya mengibaskan tangannya yang
digenggam oleh seorang namja.
“Lepaskan
aku!” Yeoja itu memberontak ingin melepaskan genggaman tangan namja yang telah
menyelamatkannya. Lia sudah merasa sangat putus asa. Ia menangis sejadi-jadinya
tak peduli pandangan orang-orang di sekitarnya.
“Noona,
tenang dulu noona..” Namja itu masih memegang erat tangan Lia. Ia tak akan
membiarkan yeoja itu pergi dengan kondisi yang masih seperti ini.
“Lepas!!
Kau siapa, huh? Kenapa kau mencampuri urusanku? Kenapa?! Seharusnya kau
membiarkan mobil itu menabrakku tadi!!” Namja itu begitu tak percaya akan
perkataan yeoja itu. Lia mengibaskan tangannya sekali lagi dan- berhasil. Tak
menyiakan kesempatan, ia langsung berlari seraya menangis meninggalkan tempat
itu.
__oOo__
Yeoja bernama lengkap Shin Shi Lia itu terus berlari
mengikuti kemana arah kaki membawanya. Di sepanjang jalan ia tak hentinya
menangis tanpa peduli orang-orang yang menatapnya aneh.
Akhirnya ia sampai pada sebuah taman. Taman yang menjadi
saksi bisu kebersamaannya dengan JungSoo. Taman yang menyimpan semua kenangan
indah masa kecilnya. Yeoja itu berjalan lemah menuju sebuah bangku taman itu.
Yeoja itu mendudukkan tubuhnya pada bangku yang mungkin
sudah rapuh itu. Bak roll film, tiba-tiba terlintas di pikirannya kenangan masa
kecil dulu. Dan hal itu harus kembali mengingatkannya teringat pada JungSoo.
Dan itu membuat airmatanya kembali mendesak kedua matanya.
“Kau
jahat, Oppa!! Kau jahat!” Akhirnya untuk kesekian kalinya yeoja itu menangis.
Ia menangis sejadi-jadinya disana.
“Kenapa
sampai sekarang kau belum kembali? Kenapa kau melupakan janjimu?? Kenapa?”
Yeoja itu meletakkan tangannya di leher lalu menarik dengan keras benda yang
melingkar di lehernya. Dan dalam sekali lemparan kalung berliontinkan beruang
itu sudah melayang entah kemana.
Yeoja itu lalu mengangkat kedua kakinya ke atas bangku
lalu menyembunyikan kepalanya di sela-sela lututnya. Sehingga suara tangisnya
teredam di dalamnya.
Tanpa Lia sadari, ternyata namja yang menyelamatkannya
tadi terus mengikutinya dari belakang. Namja itu menyembunyikan diri di balik
semak-semak dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Namja itu mengernyit heran saat mendengar suara setengah
teriakan dari yeoja itu. Ia melihat yeoja itu melemparkan sesuatu jauh di
depannya.
Penasaran, akhirnya namja itu melangkahkan kakinya untuk
mencari benda yang dilempar itu.
Walaupun sudah lama mencari, namja itu tak kunjung
menemukan apa yang ia cari. Akhirnya namja itu menyerah, ia pun memutuskan
untuk pulang.
'KREKK'
Namja itu menurunkan pandangannya ke tanah saat ia
merasakan menginjak sesuatu. “Mwoya?”
Namja itu terkejut saat melihat apa yang ia injak. Sebuah
kalung.
“Apa?
Liontin beruang? Jadi..” Namja itu segera mendongakkan kepalanya dan
mengarahkan pandangannya ke arah yeoja yang tengah menangis itu. “Dia Lia?”
Namja itu tersenyum seraya melangkahkan kakinya cepat ke arah yeoja itu.
“Akhirnya
kumenemukanmu, Lia.. Aku menemukanmu..” Ucap namja itu sembari memeluk tubuh
Lia erat yang membuat yeoja itu mendongakkan kepalanya.
“Oppa?
Kau.. JungSoo oppa??” Namja itu mengangguk. Hampir-hampir saja airmata namja
itu menetes. Setelah beberapa saat saling bertatapan, akhirnya mereka saling
berpelukan erat.
“Saranghaeyo,
Lia.. Saranghaeyo..” Ucap JungSoo yang masih memeluk Lia.
“Nado,
JungSoo oppa.. Nado saranghae.”
__oOo__
Tampak seorang yeoja berbusana gaun putih tengah
membolak-balikkan tubuhnya di depan kaca. Berulang kali ia merapikan gaun yang
dipakainya mencoba memastikan apakah penampilannya sudah benar-benar sempurna.
Ia tak ingin merusak saat-saat yang akan menjadi momen paling berharga di
hidupnya.
“Chagiya...
Kau sudah selesai?” Yeoja itu menolehkan kepalanya kearah pintu. Terlihat
seorang namja paruh baya yang sedang tersenyum.
“Mollayo,
Appa.. Aku- Aku belum merasa penampilanku ini sudah sempurna.” Lia sedikit
menekuk wajahnya. Jujur selama ini ia belum pernah berhubungan dengan alat-alat
make up. Karena selama ini hanya bedak saja yang ia pakai.
Mendengar jawaban itu, namja paruh baya berbusana tuxedo
hitam itu melangkahkan kakinya mendekati putri kesayangannya itu.
“Menurut
Appa, kau sudah lebih dari cantik, Lia..” Ucapnya seraya mengelus sayang rambut
Lia. Walaupun perkataan itu keluar dari Appanya sendiri, yeoja itu tetap saja
malu mendengar pujian itu. “Haha., Appa berlebihan.”
“Sudahlah,
ayo. Tamu sudah menunggumu dari tadi. Dan.. Lagipula, apa kau tak ingin melihat
JungSoo? Ia sangat tampan kali ini, Lia..” Lia membulatkan kedua matanya.
“Mwo?
Kurasa- JungSoo memang tampan sejak dulu. Haha.”
“Sudahlah,
jja. Kita turun.” Lia menganggukkan kepalanya mengiyakan.
Akhirnya bapak dan anak itu bergandengan tangan dan mulai
turun meniti anak tangga. Lia kembali harus merasa tersipu saat sebagian besar
pandangan para tamu tertuju ke arahnya.
Lia mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Dan
akhirnya tatapan matanya itu terhenti tepat kearah mata seorang namja pujaan
hatinya.
Mungkin benar apa kata Appanya, JungSoo hari ini terlihat
sangatlah tampan. Ia terlihat keren dengan balutan tuxedo warna putih.
“Omona..
Neomu yeppoe nae yeoja,.” JungSoo mencolek dagu Lia sesaat setelah yeoja itu
tiba. Dan lagi-lagi akibat pujiannya itu Lia harus kembali tersipu. Pipinya
yang sedikit cubby itu terlihat merona.
“Anakku
memang cantik sejak dulu, JungSoo.. Baiklah, karena acara segera dimulai, Lia
sekarang aku amanatkan kepadamu, Jaga dan Lindungi dia.” JungSoo meraih tangan
Lia dan menggenggamnya erat.
“Pasti.”
Ucapnya seraya tersenyum hangat dan menatap lembut kearah Lia.
Cinta mereka akan diikat dalam sebuah ikatan pertunangan
nan suci. Kini JungSoo sedang menggamit mesra tangan Lia dan berjalan menuju
altar.
“Lia-ya..”
“Ne,
JungSoo oppa?”
“Saranghae..”
“Nado
Saranghae, oppa...”
__________ THE END __________
comment juseyo...^^